THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 27 November 2008

Awan Misterius di Tepi Angkasa

Saat sedang mengambang 340 km di atas sebelah barat Mongolia, 22 Juli silam para awak International Space Station (ISS, stasiun angkasa internasional), menyaksikan tampilan yang luar biasa di angkasa. Seberkas noctilucent tampak melayang, berpendar-pendar dengan latar pekat langit malam.

Pakar atmosfer Gary Thomas dari Universitas Colorado pun mengakui tak pernah melihat (foto) noctilucent seindah itu. “Luar biasa,” katanya, “Dan itu menunjukkan betapa tingginya awan itu melayang, hingga ujung atmosfer.”

Thomas memperkirkan awan itu menggantung 83 km di atas Bumi, lebih tinggi 99,999 persen dari atmosfer planet kita ini. Langit pada ketinggian ini hanyalah hitam ruang hampa. Ini adalah wilayah meteor, kumpulan aurora berenergi tinggi, dan bangkai-bangkai satelit.

Apa yang dikerjakan awan-awan ini di ketinggian itu? “Itulah yang sedang kita cari jawabnya,” sambung Thomas seperti dikutip nasa.science.

Manusia pertama kali memperhatikan noctilucent(NLCs) di akhir abad ke-19, tepat setelah Gunung Krakatau meletus tahun 1883. Supervolcano, gunung api luar biasa yang ada di Selat Sunda, Indonesia itu melontarkan debu hingga ketinggian 50 km ke udara. Di ketinggian itu, debu Krakatau tak naik dan tak turun lagi, dan berselang kemudian, muncullah NLCs.

“Masih juga teka-teki, sebab awan noctilucent tak hanya diam-diam mengambang. Ia menyebar,” terang Thomas. Awalnya, untuk melihat noctilucent harus pergi ke kawasan lintang di atas 50 derajat seperti Skandinavia, Siberia, dan Skotlandia (Anda yang di Bontang, di sekitar garis khatulistiwa berada tepat di lintang 0 derajat). Dalam tahun-tahun terakhir ini, noctilucent juga bisa disaksikan dilihat dari tempat-tempat berlintang menengah seperti Iran, Turki,atau Oregon dan Washington.

“Penampakan di atas Iran sungguh indah,” ungkap Thomas. Awan di atas Persia ini muncul 19 Juli, tiga hari sebelum para awak ISS melihatnya di atas Mongolia, pada 38 derajat lintang utara. “Cukup jauh di selatan,” kata Thomas.

Bagaimana awan seperti ini terbentuk dan menyebar, masih misteri. Apakah awan ini satu tanda perubahan iklim? “Penampakan pertama noctilucent memang bersamaan dengan Revolusi Industri. Tapi hubungan ini masih kontroversial,” ungkap Thomas.

NASA memulai penyelidikan dengan meluncurkan satelit AIM pada April 2007. AIM kini berada di orbit kutub utara agar bisa memonitor ukuran, bentuk, dan hubungan es serta suhu dingin dengan terbentuknya NLCs. Hasilnya, meski misi ini baru pada tahap awal, Thomas dan rekan-rekan penelitinya mencoba menawarkan beberapa hal:

1. Noctilucent terjadi saat musim panas di Kutub Utara, kemudian menyebar, dan bentuk serta ukurannya selalu berubah-ubah dalam hitungan jam hingga harian. Tim Thomas menyimpulkan ini dari rekaman sebuah NLCs yang mereka buat sepanjang tahun 2007.

2. Ada substansi penting dari noctilucent. Sebelum AIM dilucurkan sudah diketahui bahwa NLCs terbentuk dari kristal es berukuran 40-100 nanometer, persis seukuran panjang gelombang sinar biru dari sinar matahari (ingatlah pelangi, sinar putih matahari yang melewati titik-titik air terburai menjadi sejumlah sinar warna-warni). Setelah AIM diluncurkan, ditemukan partikel-partikel es yang lebih kecil, kurang dari 30 nanometer. Partikel yang lebih kecil ini tidak menghamburkan sinar matahari. Tapi, awan dengan partikel yang lebih kecil ini susah dilihat, namun juga adalah kunci kepada gambaran keseluruhan.

3. Beberapa bentuk awan seperti dilihat kamera AIM, terbentuk di lapisan troposfer. Para ilmuwan AIM menyebutnya ‘startling’, dan meyakininya sebagai akibat dari perubahan cuaca, bahwa terbentuknya NCLs juga bisa di bagian langit yang lebih rendah.

Temuan ini baru dan penting, tapi belum menjawab pertanyaan mengapa NCLs baru muncul di abad ke-19, lalu mengapa awan itu menyebar, dan apa yang dikerjakan es di ketinggian sedemikian di atmosfer Bumi—yang ratusan juta kali lebih kering daripada gurun Sahara itu.

AIM diberi waktu tiga tahun untuk mencari jawabnya, dari tahun 2009-2012. “Mudah-mudahan teka-teki ini bisa segera kita temukan jawabnya,” harap Thomas.

Anyway, ini misteri yang indah. Siapa tahu Anda bisa menyaksikannya sendiri, entah dengan menjadi turis ke angkasa, atau punya kesempatan ke negeri-negeri di utara. (novi abdi)

0 komentar: